PEKALONGAN, RADARPEKALONGAN.ID – Kota Pekalongan masih menyimpan persoalan, seperti rob, sampah dan pasar banjarsari. Untuk mengatasinya dibutuhkan perencanaan yang matang. Berikut saran Antropolog dari Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Dr Pujo Semedi Hargo Yuwono, Prof Hendrawan Supratikno dan Arsul Sani S.H., M.Si., Pr.M,, yang dirangkum dalam kegiatan refleksi 2 tahun kepemimpinan walikota dan wakil walikota di Hotel Nirwana, kemarin.
Prof Pujo-sapaan akrabnya menyarankan kepada Pemkot Pekalongan untuk melakukan pendekatan kearifan lokal. Demikian ia sampaikan saat menjadi narasumber dalam kegiatan refleksi 2 tahun kepemimpinan walikota dan wakil walikota di Hotel Nirwana, kemarin.
“Saya ini sudah keliling di Indonesia, yang namanya banjir dan rob itu terjadi di semua daerah di Indonesia, bukan saja terjadi di Kota Pekalongan. Makanya kalau di Kapuas, Kalimantan ada rumah apung atau rumah panggung. Itu wujud kearifan lokal beradaptasi dengan lingkungan,” ucap pria asli Pekalongan itu.
Baca Juga:BI Cabang Tegal Laporan Total Transaksi QRIS Kota Pekalongan Sebanyak 8.056.918.061Berharap Sekolah Bersih, 30 Sekolah Adiwiyata Kota Pekalongan Diberi Tong Pilah Sampah
Prof Pujo menyampaikan, dahulunya kawasan Pekalongan Utara, dari arah Lapas Pekalongan adalah rawa-rawa. Sehubungan perkembangannya, kini menjadi daerah pemukiman yang padat penduduk. “Makanya kalau sekarang kena rob, itu dulunya memang rawa-rawa. Jadi ‘dijaluk sing duwe rob’ (diminta sing suwe rob, yakni Allh WT,red),” tuturnya sembari bercanda.
Begitupula dalam mengatasi sampah, Prof Pujo menyarankan kepada Pemkot untuk rajin mengedukasi masyarakat, dan membuat regulasi tentang pengelolaan sampah yang efektif dan tegas. Sebab bila ditangani pemerintah, dipastikan anggaran Pemkot Pekalongan tidak mampu mencukupinya.
“Kekuatan pemerintah pada regulasi. Perusahaan harus bertanggung jawab atas pengelolaan sampah. Jadi bikin regulasi agar perusahaan mau mengelola limbahnya, sehingga tidak sembarangan membuang limbah (sampah,red). Tugas pemerintah itu membuat regulasi, bukan mengelola sampah,” sarannya lagi.
Sedangkan mengenai pasar Banjarsari, Prof Pujo mengapresiasi kinerja Walikota Afzan Arslan Djunaid bersama Wakilnya Salahudin STP yang akan membangun kembali Pasar Banjasari. “Kalau bangun pasar itu kewajiban pemerintah dalam menyediakan tempat masyarakat bertransaksi. Makanya saya mendukung,” tuturnya.
Kota Pekalongan Harus Jadi Lokomotif
Sementara Prof Hendrawan Supratikno yang juga menjadi narasumber menyampaikan, meski kota Pekalongan adalah kota kecil, namun menyimpan potensi yang luar biasa. Karena orang-orang hebat, seperti Taufiq Ismail, Gunawan, Habib Luthfi berasal dari Kota Pekalongan. “Makanya saya mendorong Kota Pekalongan menjadi lokomotif pembangunan. Karena Batang akan menjadi daerah industri yang 24 jam, kehidupan ekonomi akan hidup. Pemkot Pekalongan harus ambil peran,” sarannya.