RADARPEKALONGAN.ID – Revenge porn yang juga dikenal dengan istilah pornografi nonkonsensual merupakan subtype dari kasus pelecehan siber dan merupakan masalah yang cukup serius yang dihadapi masyarakat di internet.
Revenge porn mampu mengakibatkan konsekuensi kesehatan mental dalam seumur hidup bagi para korban, hubungan sosial yang rusak, serta isolasi sosial.
Belakangan ini viral diduga video syur Rebecca Kloper yang tersebar luas di media sosial. Lalu disebut-sebut Rebecca Klopper juga mengalami Revenge porn, benarkah?
Baca Juga:4 Hal Sebelum Tanda Tangan Kontrak Kerja yang Harus Kamu PerhatikanSpesifikasi Toyota Starlet 2023, Perpaduan Desain dan Mesin yang Mewah, Dibanderol Mulai 200 Jutaan!
Pelaku revenge porn akan mengunggah foto atau video eksplisit seseorang tanpa adanyanizin untuk tujuan balas dendam, mempermalukan, mengancam, dan perlakuan semacamnya.
Namun, penguntit atau peretas anonim dapat secara tidak sah mendapatkan akses ke foto-foto intim para korban. Maka dari itu, beberapa orang lebih sering untuk menggunakan istilah “pornografi nonkonsensual”.
Tak hanya itu, istilah revenge porn ini juga dapat disalahpahami karena tak semua pelaku dimotivasi oleh perilaku balas dendam. Beberapa pelaku juga menyebarkan foto atau video intim seseorang tanpa izin untuk mendapatkan sejumlah keuntungan, hiburan, ataupun ketenaran.
Dilansir dari laman Cyber Civil Rights Initiative, ada sebanyak 90 persen korban dari perilaku ini adalah perempuan. Pada kasus ini, perempuan akan lebih mungkin untuk dipaksa agar ia mau mengirim foto ataupun video yang telanjang, serta mereka juga lebih mungkin untuk menjadi korban dari perilaku revenge porn.
Revenge porn juga diartikan oleh pemerintah Amerika Serikat sebagai penyebaran materi pribadi dan vulgar, baik itu berupa foto ataupun video, milik orang lain tanpa seizin mereka serta dengan tujuan untuk mampu membuat malu ataupun penderitaan.
Selain video atau foto, pelaku terkadang juga membagikan informasi pribadi tentang korban, seperti pada informasi kontan atau berupa informasi alamat tempat tinggal mereka.
Disamping berupa kerugian psikologis, keamanan seseorang juga dapat terancam jika informasi pribadi mereka juga disebarkan. Para korban dari perilaku tercel aini umumnya mereka perempuan dari berumur 16 hingga 26 tahun. Perilaku tercel aini biasanya terjadi setelah sebuah hubungan seksual berakhir.