Oleh sebab dua perintah besar itu dilaksanakannya, maka ajaran ini pun melembaga sampai saat ini. Ada ibadah kurban dan haji. Dan Islam sebagai sikap ketundukpatuhan total ini akhirnya dilembagakan menjadi agama Islam pada era kenabian Muhammad Saw (Al-Maidah: 3). Maka tak heran untuk menempatkan Islam sebagai warisan Nabi Ibrahim yang monumental.
3. Pendidikan Keluarga
Pendidikan keluarga adalah juga warisan Nabi Ibrahim yang monumental. Sebagai lembaga sosial paling dasar, keluarga tidak sekadar sebagai pratana untuk proses reproduksi keturunan, melainkan harus didesain untuk melahirkan generasi unggul (shalih). Hal itu tergambar dari doa Ibrahim yang masyhur sampai saat ini:
“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. As-Saffat: 100)
Baca Juga:DPRD Batang Minta Penyerapan APBD 2023 Dipercepat, Demi Intervensi Langsung Pergerakan Eokonomi200 Guru Ikut Pelatihan Menulis Ilmiah, Sekda Minta Jangan Hanya Kejar Credit Point, Tetap Tingkatkan Kompetensi Profesi
Doa itupun terkabul, Ibrahim sukses melahirkan generasi unggul di mana sebagian menjadi nabi dan rasul, melalui dua putranya, yakni Ismail (dari Hajar) dan Ishaq (dari Sarah). Melalui garis Nabi Ishaq lahirlah Nabi Ya’kub (akar bangsa Yahudi) dan Isa (akar Nasrani), dan dari Islamil lahirlah nabi akhir zaman,; Muhammad Saw dengan risalah Islamnya.
Ustadz Nisfun Nahar menyampaikan materi warisan Nabi Ibrahim yang monumental, termasuk pendidikan keluarga, saat salat Id di Masjid Dhiyaausyams Poncol.
Dari Ibrahim pula para orang tua layak belajar tentang ilmu parenting, yakni melalui bagaimana Ibrahim As membangun kedekatan dan komunikasi yang berkualitas dengan anaknya. Tengoklah saat ia melaksanakan perintah menyembelih Ismail. Meski itu perintah Allah yang mutlak dan tak bisa ditawar, ia tetap mendialogkannya dengan putranya yang bahkan masih berusia anak-anak.
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS. Ash-Saffat: 102)
Kebijaksanaan Ibrahim pada akhirnya menuai kesabaran Ismail. Dan atas kesabaran Ibrahim dan Ismail dalam berislam, maka Tuhan menghadiahinya sebuah kejutan; sebuah domba sebagai ganti Ismail.