Baik itu dari dunia ekonomi, maupun dari dunia pertanian. Tidak cukup dari itu, sampai dunia ketahanan dan pertahanan nasional, pasti ulama-ulama dimanapun negaranya, dengan cintanya kepada tanah airnya, pasti akan menjadi contoh yang luar biasa.
“Yang ke dua, paling tidak akan menjalin hubungan tali silaturahmi antarulama ahli tasawuf di dunia ini. Mana yang saling kita bisa menguntungkan diantara sesama kita sehingga melahirkan kesejahteraan-kesejahteraan umat di waktu sekarang ini apalagi kelak yang akan datang,” terang Habib Luthfi.
Selain itu, bagaimana kita memutar roda ekonomi, dunia pesantren, dunia pendidikan, agar mempunyai sumber-sumber dunia ekonomi, sumber-sumber dunia pertanian, sehingga terwujudnya kemandirian. “Mandiri, tangan di atas, tidak tangan di bawah,” tegas beliau.
Baca Juga:Bangun Kemandirian, Ponpes Al Maliki Launching Unit Usaha Depo Air Minum Isi Ulang ‘Watu Joyo’, Memproduksi Air Mineral hingga Air MurniTertunda 11 Kali, Akhirnya Nama Pemenang Lelang Proyek Pasar Banjarsari Diumumkan, Saat Ini Memasuki Masa Sanggah
Maka dari itu, lanjut Habib Luthfi, di sinilah kepentingannya kita berusaha. Bahwa ahli tasawuf bukan ahli duduk saja atau ahli memutar tasbih. Ternyata ahli tasawuf seorang ekonom, ahli tasawuf seorang petani, ahli tasawuf adalah seorang pecinta tanah airnya yang luar biasa, yang selalu menjadi yang terdepan untuk mempersatukan umat dan mempersatukan bangsa.
“Sehingga menjadi cermin bahwa inilah ahli tasawuf, menjadi pemersatu umat, pemersatu bangsa!” imbuh Maulana Habib Luthfi bin Ali bin Yahya. (way)