Keterbukaan atau sifat terbuka mengacu pada seberapa terbuka pikiranmu terhadap ide atau pengalaman baru. Penelitian juga menghubungkan ciri kepribadian ini dengan kreativitas dan kecerdasan. Dalam bidang psikologi, keterbukaan terkadang disebut ‘keterbukaan/intelek’ atau ‘terbuka terhadap pengalaman’.
Di sini kita akan mengeksplorasi apa arti sifat terbuka, pengaruhnya terhadap perilakumu, dan cara mengukurnya. Artikel ini juga membahas mengapa beberapa orang lebih terbuka dibandingkan yang lain dan memberikan langkah-langkah yang dapat kamu ambil jikamu ingin memperkuat aspek kepribadianmu.
Apa Arti Sifat Terbuka
Sifat terbuka adalah salah satu dari Lima Besar ciri kepribadian. Teori Lima Besar menyatakan bahwa kepribadian terdiri dari lima dimensi utama:
Baca Juga:Mengembangkan Keterbukaan Pikiran dengan Baik, Kamu Butuh 4 Tips Jitu Ini!3 Faktor Utama Keterbukaan Pikiran, Ayo Jadi Lebih Open Minded!
- Keramahan
- Kehati-hatian
- Ekstraversi
- Keterbukaan
- Neurotisisme
Masing-masing dimensi ini direpresentasikan dalam sebuah kontinum. Ini berarti kamu bisa memiliki keterbukaan yang tinggi, keterbukaan yang rendah, atau berada di tengah-tengah.
Penelitian menunjukkan bahwa tinggi atau rendahnya sifat kepribadianmu dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental, hubungan, serta prestasi sekolah dan pekerjaanmu.
Sifat Terbuka yang Tinggi
Orang dengan sifat keterbukaan yang tinggi cenderung lebih berpikiran terbuka dan bersedia menerima ide-ide baru dan pengalaman baru. Mereka mendekati hal-hal asing dengan rasa ingin tahu. Mereka juga pkamui memikirkan dan membuat hubungan antara berbagai konsep dan ide.
Sifat terbuka yang tinggi dikaitkan dengan tingkat kreativitas yang lebih tinggi dan peningkatan prestasi kreatif, khususnya di bidang seni. Beberapa penelitian bahkan menghubungkan sifat ini dengan tingkat kecerdasan yang lebih tinggi. Misalnya, sebuah penelitian mencatat bahwa orang dengan kecerdasan tingkat jenius sering kali memiliki keterbukaan yang tinggi.
Sifat Terbuka yang Rendah
Orang yang memiliki keterbukaan rendah cenderung lebih menyukai rutinitas dan tradisi. Tidak seperti individu dengan keterbukaan tinggi, mereka mendekati pengalaman dan ide baru dengan sangat hati-hati dan malah berusaha untuk mendapatkan keakraban.
Seseorang dengan keterbukaan yang rendah mungkin melewatkan peluang yang melibatkan perubahan, meskipun perubahan tersebut dapat membawa kemajuan akademis atau karier. Daripada mengejar karier yang lebih bermanfaat, misalnya, mereka mungkin memutuskan untuk tetap pada peran mereka saat ini karena sudah familiar.