Desa Karangsari yang terletak di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan terbagi menjadi 6 Pedukuhan, yaitu Dukuh Mlaten 1, Dukuh Mlaten 2, Dukuh Mlaten 3, Dukuh Kebonsari, Dukuh Krajan, dan Dukuh Legok.
Mayoritas warganya menganut agama Islam dan ada beberapa juga yang menganut Kristen Katholik. Bahkan ada pula warga yang mengikuti kepercayaan Jawa kuno seperti kejawen. Tempat peribadahan yang terdapat di Desa Karangsari terutama Mlaten 2 yaitu masjid dan gereja.
Walaupun warganya memiliki kepercayaan masing-masing, namun mereka tetap saling membantu. Bisa dilihat ketika ada acara tirakatan perayaan kemerdekaan, seluruh warga ikut serta tanpa pandang bulu. Biarpun ketika berdoa memakai doa-doa yang terdapat dalam ajaran agama Islam, mereka (yang selain agama Islam) hanya diam dan doa sendiri sesuai agamanya.
Baca Juga:Budi Yuwono Terpilih sebagai Ketua Pemuda Pancasila Kota Pekalongan Periode 2023-2027 pada Muscab VIIDinperpa Akan Menggelar Vaksinasi PMK untuk Domba dan Kambing di Kota Pekalongan
Kegiatan lainnya yang diikuti oleh semua warga yaitu kerigan atau gotong royong dan arisan RT. Namun, bagi warga yang ekonominya menengah ke atas sudah jarang ikut kerigan. Hal ini merupakan sebuah kesenjangan sosial yang dialami warga Desa Karangsari.
Anak remaja di desa tersebut juga sudah jarang memakai Bahasa Jawa dan beralih memakai Bahasa Indonesia. Menurut Bapak Mulyono selaku ketua RT 1 Rw 4 Dukuh Mlaten 2 mengatakan bahwa mempelajari Bahasa Jawa lebih susah daripada Bahasa Indonesia karena Bahasa Indonesia pasti akan selalu dipakai ketika anak sudah mulai sekolah.
Adanya perubahan komunikasi yang datang dari generasi muda membuat orang tua khawatir apabila nanti pada masa yang akan datang Bahasa Jawa mulai hilang dan dilupakan.
Tidak sampai di situ saja, kegiatan-kegiatan anak muda juga mulai hilang. Menurut Ibu Khusnul selaku warga dukuh Mlaten 2 menuturkan, hilangnya kegiatan rutinan anak seperti berzanji dikarenakan orang dewasa yang sudah tidak ikut serta dengan alasan kerjaan dan lain sebagainya sehingga anak-anak remaja menjadi malas dan tidak mau mengikutinya lagi.
Pengaruh teknologi juga menyebabkan anak muda menjadi malas dan tidak mau ikut serta kegiatan-kegiatan yang sudah ada dalam masyarakat.
Tradisi lokal yang masih terdapat di Desa Karangsari yaitu sedekah bumi yang dilakukan setiap setahun sekali sesudah masa panen dan seringnya mendekati bulan puasa. Tradisi tersebut memiliki ungkapan mewujudkan rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berlimpahnya air dan hasil pertanian. Malamnya, diadakan pertunjukan wayang.