3 Cara Bentuk Generasi Stroberi yang Lebih Kuat, Hapus Kata Rapuh dari Gen-Z

Menumbuhkan generasi stroberi yang lebih kuat
Menumbuhkan generasi stroberi yang lebih kuat. (Sumber: freepik.com)
0 Komentar

Citra rapuh acapkali dilekatkan kepada generasi masa kini atau generasi z, salah satunya dengan melabeli mereka dengan generasi stroberi atau strawberry generation. Meski sebenarnya, istilah ini tidak sepenuhnya menggambarkan sesuatu yang buruk. Ada cara yang bisa diambil untuk membentuk generasi stroberi yang lebih kuat.

Strawberry generation merupakan istilah yang menggambarkan fenomena generasi muda saat ini. Di mana mereka biasanya memiliki ide dan kreatifitas yang tinggi, tetapi ketika diberi sedikit tekanan mereka mudah patah seperti stroberi. Mereka sangat mudah menyerah, mudah terluka, lamban, egois, dan pesimis terhadap masa depan.

Namun, setiap generasi memiliki problematika yang harus mereka hadapi, begitupun dengan generasi z. Maka, tidak adil rasanya jika menilai generasi z sebagai kelompok yang rapuh tanpa mau mengulik lebih dalam bahwa terciptanya generasi stroberi yang lebih kuat bukanlah hal yang mustahil.

Baca Juga:Strawberry Generation, Benarkah Gen-Z Lembek dan Manja?7 Cara Mengajari Anak Tentang Perasaan Mereka, Agar Mereka Tidak Kebingungan

Artikel ini akan menyajikan perspektif baru tentang generasi stroberi, mulai dari mana generasi ini muncul dan bagaimana menumbuhkan generasi stroberi yang lebih kuat.

Pemicu Munculnya Generasi Stroberi

Dikutip dari buku yang ditulis Prof Rhenald Kasali, ada beberapa faktor pemicu munculnya generasi stroberi. Faktor-faktor tersebut terdiri dari hal-hal berikut:

1. Pengasuhan Anak

Pendidikan atau pengasuhan orang tua memiliki peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama dalam pembentukan karakter anak. Jika orang tua terlalu memanjakan, overprotektif, dan terus-menerus mencampuri apa yang dihadapi anak, hal ini akan membuat anak menjadi tergantung pada orang tuanya, sehingga sulit untuk memutuskan segala sesuatu, baik dan buruk untuk dirinya sendiri.

Alih-alih terlalu terlibat dan ‘menyetir’ anak, orang tua bisa berperan sebagai orang dewasa yang mampu memberikan pendapat dan pencerahan atas suatu masalah atau keputusan. Misalnya, menceritakan akibat dari suatu perbuatan dilihat dari berbagai sisi.

Ajarkan anak bagaimana menghargai kerja keras dengan secara tidak langsung memberikan apa yang anak minta, membuat mereka mengerti bahwa segala sesuatu membutuhkan proses dan perjuangan.

Terapkan kebijakan atas konsekuensi yang dilakukan anak, dan jangan terus menerus menetralisir kesalahannya karena hal ini dapat berdampak pada anak yang sewenang-wenang, egois, dan selalu ingin dimengerti. Dengan usaha ini, dimungkinkan generasi stroberi yang lebih kuat akan bertumbuh dan menghapuskan stereotip rapuh.

0 Komentar