RADARPEKALONGAN.ID – Allah SWT menciptakan siang untuk berusaha, menjadikan malam untuk istirahat. Namun ada keutamaan mengingat Allah SWT di malam hari ditengah manusia kelelahan atau tertidur lelap.
Kelelahan manusia dalam hal ini ada kelelahan fisik dan kelelahan hati. Kelelahan fisik bisa dipulihkan dengan tidur atau nutrisi yang sehat.
Ketika tubuh capek maka dengan tidur cukup dan makan makanan yang sehat membuat tubuh jadi bertenaga kembali.
Berdoa kepada Allah SWT (Freepik)
Baca Juga:Belajar dari Sejarah Keberhasilan Kemerdekaan IndonesiaMari Menjaga Keutuhan dan Kesatuan NKRI
Namun kelelahan jiwa atau hati ini bisa dipulihkan dengan membangun spiritual terutama mengingat Allah SWT pada malam hari. Baik dengan Sholat Tahajjud atau Dzikir malam.
Menelisik lebih dalam, keutamaan mengingat Allah SWT di Malam Hari ternyata ada kedahsyatan malam hari dalam menyembuhkan penyakit hati, membersihkan jiwa, memulihkan energi spiritual.
Berikut kedahsyatan malam hari menurut Al-Qur’an dan Al Hadist :
Al-Qur’an diturunkan pada malam hari
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat malaikat dan malaikat Jibril dengan izin TuhanNya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”. (QS. Al-Qadar : 1-5)
Turunnya Al-Qur’an merupakan peristiwa besar umat manusia. Petunjuk yang akan menjadi panduan umat manusia sepanjang zaman. Dan banyak terjadi turunnya pada malam hari.
Ada banyak informasi dalam Al-Quran yang jika direnungkan akan membangkitkan semangat hidup, membangun spirit ketuhanan. Apalagi dilakukan di malam hari yang hening dan sunyi.
Isra’ Mi’raj terjadi malam hari
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda tanda (Kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.(QS Al Isra’ ayat 1)
Peristiwa Isra’ Mi’raj berkenaan dengan peristiwa meninggalnya Abu Thalib dan Khadijah secara berturut pada tahun ke sepuluh kenabian. Yang kemudian dikenal dengan Amul Huzni (tahun kedukaan).