Oleh: Zaidie Nur
Bukankah kenangan kita telah berlaluMelewati satu kota ke kota lainnyaMenebas waktu,dari hari ke tahun,musim-musim yang silih bergantipada kedai – kedai tanpa nama yang entah berantah.
Dari mimpi – mimpi yang dilupadetak – detak yang dipaksa berhentiKini ku menemukanmu lagi…
Di antara gelas-gelas retak berserakanTepi kota
Kenangan,Seperti meja kopi yang dipesan dan ditinggalkan
Kenanglah,bom waktu yang ke sekian,menu gula yang tak pernah dipesantelah kita cicipi pahit getirnya sajian masing-masing.Yang menyeruak dalam dada hingga mati rasa.
Baca Juga:Jembatan Kalibodri Kendal Bergeser Hingga 14 Cm, Kendaraan Berat Dilarang MelintasWajib Ditiru, Muhammadiyah dan NU Kendal Inisiasi Deklarasi Damai Jelang Pemilu 2024
Pada ragu-ragu yang menyublimManisnya gula atau takdir usia yang akan mengikis,cangkirku dan cangkirmu,masih enggan bersulangsedangkan waktu terus berjalandan lagi – lagi waktu akan menampar dengan bijaksana.
Demak, May 2023
_________________
ZAIDIE NUR, Kelahiran Surjo, Bawang, Batang, Peraih Anugerah Adi Acarya Award 2019 GMB Indonesia di Surakarta kategori penulis terbaik masyarakat literatif, Penulis buku Hikayat Bunga (2019).