Saridi Husein

Saridi Husein
Dahlan Iskan -Foto.Dok/Ilustrasi: Syaiful Amri-disway.id
0 Komentar

Belakangan Saridi tahu juragannya seorang wanita tua. Sendirian. Belum pernah kawin. Tinggal di lantai 2.

Di lantai 3 tinggal seorang TKW asal Yogyakarta. Tapi Saridi tidak pernah bertemu TKW itu, apalagi juragannya.

Ketika datang di rumah itu, Saridi diberi uang 200 riyal. Untuk makan. Dua minggu kemudian uang itu habis. Ia tidak tahu harus bagaimana. Tapi ia tahu cara berbicara dengan juragannya: pakai intercom.

Baca Juga:Heboh 300 TBencana Khudairy

Maka atas saran temannya sesama TKI asal Madura, Saridi harus berani menghubungi majikan. Agar tidak mati kelaparan. “Bilang saja mafi fulus,” ujar temannya.

Ia pijit tombol intercom. Juragannya menyahut: “Ya… Muhammad…”. Begitulah panggilan kepada laki-laki siapa saja di sana.

“Mafi fulus…” jawab Saridi.

“¢§®©¢¶,” kata majikannya.

“Mafi fulus…” jawab Saridi lagi.

“¶¿¢£©÷§,” kata majikannya lagi.

“Mafi fulus…” jawab Saridi konsisten.

Apa pun kata majikannya jawab Saridi sama. Ia memang tidak tahu apa arti kata-kata majikannya itu.

Akhirnya Sang Majikan memanggil mbak dari Jogja itu: apa maksud Saridi. Pun Saridi bertanya: apa maksud juragannya.

Ternyata sang majikan minta Saridi naik ke lantai atas. Ia diberi lagi uang 200 riyal. Dengan tambahan pesan: harus hemat. Uang itu harus cukup untuk makan sampai menerima gaji nanti.

Sang majikan memang hanya sesekali keluar untuk belanja. Sekali belanja bisa untuk satu minggu. Tapi dia dijemput keluarganyi. “Kelihatannya keluarganyi kaya-kaya,” ujar Saridi mengenang.

Saridi sebenarnya ingin sekali segera mencoba mobil CR-V itu. Tapi selalu terkunci. Sedang kuncinya dibawa juragan dan disimpan di lantai atas.

Baca Juga:Simak, Ini Penjelasan Kapolres Tak Keluarkan Izin Event Drag Truck KITBRiyadh Muda

Lama-lama Saridi berpikir untuk mengisi waktu kosongnya dengan mencari uang. Malam-malam ia jualan air Zam-Zam. Yakni air dari sumber zaman kuno di dekat Kakbah. Sumber air itu mendadak ada ketika istri Nabi Ibrahim yang di Makkah, Hajar, melahirkan bayi Ismail. Tidak ada air. Hajar mondar-mandir dari bukit Sofa ke bukit Marwah. Lalu mendapat air di tengahnya.

Air itu juga memberi rizki Saridi. Bahkan ia kemudian berkembang memiliki jaringan perdagangan air Zam Zam. Setelah kontrak kerjanya berakhir, Saridi lebih fokus ke bisnis. Hidupnya berubah total. Ia terus mensyukuri nasib baiknya di Arab Saudi.

0 Komentar