Oleh : Umi Isrotun, S.Pd., Gr.
Kepala SD Muhammadiyah 3 Pekajangan
ANAK merupakan individu yang unik, mereka terlahir dengan berbagai kekuatan kodrat yang ada pada dirinya. Kemampuan kodrat yang ada harapannya bisa berkembang seiring dengan masuknya anak ke jenjang pendidikan. Sejalan dengan filosofi pemikiran pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar anak mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Seorang pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) serta menumbuhkan kekuatan kodrat anak. Keanekaragaman kekuatan kodrat yang dibawa oleh masing-masing peserta didik tentunya tidak bisa kita samakan antara satu dengan yang lainnya. Pendidik sebagai seorang pamong harus mampu memberikan pelayanan kepada seluruh peserta didik dalam mengambangkan minat dan bakat yang dimiliknya.
Pelayanan yang diberikan oleh seorang pendidik tentunya berkaitan dengan bagaimana seorang pendidik mampu mengelola pembelajaran yang mampu mengakomodasi semua potensi peserta didik. Pembelajaran yang mampu mengakomodasi berbagai kemampuan peserta didik salah satunya adalah pembelajaran berdiferensiasi. Menurut Carol Ann Tomlinson & Moon (2014) Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir, melayani, dan mengakui keberagaman peserta didik dalam belajar sesuai kesiapan, minat, dan preferensi belajar siswa. Ketika pendidik mampu mengelola pembelajaran melaui pembelajaran berdiferensiasi harapannya kebutuhan semua peserta didik dapat terpenuhi.
Baca Juga:Kurikulum Merdeka: Antara Inspeksi dan SupervisiSupervisi Administrasi Pendidikan: Pentingnya Kerjasama Kepala Sekolah, Guru dan Pengawas
Pembelajaran berdiferensiasi menuntuk pendidik untuk memahami peserta didik secara terus menerus membangun kesadaran tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik, mengamati, menilai kesiapan, minat, dan preferensi belajarnya. Selain itu pendidik juga harus bisa menggunakan semua preferensi tentang bagaimana peserta didik mendemonstrasikan preferensi belajarnya (terkait isi, proses, produk, dan lingkungan belajar). Dalam pembelajaran diferensiasi pendidik harus memiliki inovasi dalam memilih metode, model dan strategi pembelajaran agar siswa lebih termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran.
Pembelajaran berdiferensiasi bukan berarti pendidik harus memikirkan 28 cara mengajar yang berbeda untuk 28 peserta didik yang berbeda, bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut, dimana pendidik harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana pendidik harus berlari kesana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan untuk memecahkan semua permasalahan. Karena tidak semua peserta didik memiliki kemampuan yang sama dalam menerima pembelajaran. Pada intinya saat pendidik merespon kebutuhan belajar peserta didik, berarti pendidik mendiferensiasikan pembelajaran dengan menambah, memperluas, menyesuaikan waktu untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal.