Implementasi 6 Karakter Pelajar Pancasila Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekalongan

Karakter Pelajar Pancasila-Zainul Hakim
Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekalongan Zainul Hakim menjelaskan tentang karakter pelajar Pancasila. (foto: asep)
0 Komentar

Walaupun orang tua bisa melakukan apapun, tapi jangan sampai seluruh tugas anak di-take over oleh orang tua atau guru. Berikan kepercayaan kepada anak untuk mengerjakan yang harus mereka kerjakan.

Kadang orang tua atau guru ada rasa jengkel, sudah minta tolong kepada anak 2 kali tapi belum dijalankan juga. Justru di sini titik persoalannya. Bagaimana caranya agar anak atau pelajar secara penuh kesadaran mengerjakan tugasnya masing-masing.

Belajar, mandi, membantu orang tua, menyelesaikan masalah dengan temannya dll posisi orang tua dan guru sebagai pendorong, pemberi semangat. Tapi keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan diserahkan kepada anak.

Baca Juga:Pagi Ini Jam 09.00 Anggota DPR RI, Abdul Fikri Faqih Jadi Pembicara Workshop Pendidikan KarakterPerbup Izin Tower Masih Belum Jelas, Padahal Berpotensi PAD Hingga 3 Miliar

Bagaimana caranya agar anak dengan penuh kesadaran mau memulai untuk mengerjakan tugasnya masing-masing. Di awal memang dirasakan berat oleh anak. Di sinilah kita bisa melihat apakah anak cepat tanggap untuk memahami tanggung jawabnya atau malah lari dari tanggung jawab.

Dampingi anak, jangan dimarahi, berikan pengertian kalau belum mau untuk mandiri. Bahkan orang tua posisinya sebagai coach yaitu bertanya mengapa belum mau untuk mengambil perannya untuk mandiri, kalau memang masih keberatan.

3. Mendidik anak bergotong royong dan bekerjasama dengan orang lain

Gotong royong adalah karakter kolaborasi. Jangan anggap gampang berkolaborasi, di sinilah anak belajar untk berkomunikasi, belajar untuk mengungkapkan pendapat, belajar untuk berbeda pendapat, belajar untuk toleransi dll.

Dari gotong royong inilah, proses belajar untuk berinteraksi dengan sesama teman dimulai. Mengapa dikatakan demikian? Karena gotong royong itu tidak bisa dilakukan seorang diri, perlu teman yang lain untuk bekerjasama.

Kita ambil contoh gotong royong dalam mengerjakan tugas dari sekolah untuk menanam pohon di lahan seorang teman. Awalnya mereka perlu bertemu, berdiskusi menentukan apa saja yang harus dipersiapkan. Siapa mengerjakan apa.

Setelah mereka berdiskusi, dimulailah mengerjakan tugas sekolah untuk menanam pohon di pekarangan seorang teman. Ada yang membawa bibit tanaman, ada yang membawa cangkul, ada yang membaa pupuk, ada yang membawa ember dll.

Dimulai dengan mencangkul dan menggemburkan tanah, setelah itu ditaburi pupuk, kemudian bibit pohon ditanam dan terakhir disiram. Gotong royong perlu belajar dan dibiasakan. Sehingga sesuatu yang sulit dikerjakan sendiri dapat selesai karena dikerjakan secara gotong royong.

0 Komentar