Radarpekalongan.id – Bagaimana cara mencegah anak terlibat tindak kekerasan? Tawuran SMA mungkin terlihat biasa saja, ya Ayah Bunda. Namun dewasa ini tawuran juga dilakukan oleh anak-anak sekolah dasar.
Sedih gak sih dengernya? Hmm, tapi sebagai orang tua, ada hal yang bisa kita lakukan agar anak kita tidak terlibat dalam tindak kekerasan, termasuk tawuran.
Adapun tawuran antar anak SD, sebanyak 15 anak SD di Purwarkarta kedapatan menggunakan parang saat berkelahi, miris kan? Yang jelas ini bisa jadi salah satu dari sekian banyak kasus kekerasan yang pelakunya adalah anak-anak ya Ayah Bunda.
Baca Juga:Bagaimana Cara Menjelaskan Pornografi Kepada Anak Sekolah Dasar?Dorong Inovasi Siswa SMA di Bidang Skincare, i3L Gelar Kompetisi iCS 2023
Terkait hal tersebut, Psikolog Febria Indra Hastati MPsi, Psikolog Klinik Brawijaya menjawab bahwa kejadian ini memiliki efek jangka pendek dan jangka panjang.
Ketika keselamatan fisik anak-anak dan orang dewasa yang terlibat jelas terancam dalam jangka pendek. Lalu bagaimana dengan efek jangka panjangnya?
“Efek jangka panjangnya adalah anak-anak belajar jika kekerasan bisa menyelesaikan masalah. Saya khawatir jika dibiarkan, mereka akan tumbuh menjadi orang dewasa yang cenderung emosional. Memperlakukan orang lain sembarangan dan mengintimidasi mereka di tempat kerja tidak kondusif dan tidak sinergis,” kata Febria.
Peran apa yang dimainkan orang tua dalam mencegah anak-anak mereka terlibat dalam kejahatan tindak kekerasan?
Menurut Febria, orang tua perlu melihat kegiatan apa saja yang dilakukan anaknya di waktu senggang. Siapa tahu, ternyata anak mereka banyak menonton TV tindak kekerasan, banyak bermain game kekerasan, atau banyak membaca literatur tentang kekerasan.
“Masukan yang masuk ke anak ini harus disaring oleh orang tua. Kedua, dengan siapa dia berteman. Kalau anak berteman dengan sosok yang baik, kita dukung, tapi kalau ternyata kita kurang yakin. Kita berteman dengan orang yang memang memiliki pandangan yang sama dengan kita. Ada baiknya juga jika kita sesekali mengajak teman-teman si anak untuk mampir atau jika kita kenal dengan orang tua si anak agar kita bisa mengawasinya,” ujar Febria.