[Artikel] Iklim Investasi Indonesia Tidak Ramah Investor, Benarkah?

investasi
ilustrasi investasi.(foto/freepik.com)
0 Komentar

Oleh:

Grace Natalia Marpaung S.E., M.Si & Aulia Salsadila

Universitas Negeri Semarang

INVESTASI asing memainkan peranan yang cukup penting bagi perekonomian suatu negara, masuknya penanam modal asing turut serta dapat menciptakan lapangan pekerjaan serta dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Dengan investasi asing, pasar akan menjadi lebih kompetitif ditandai dengan perusahaan akan berlomba-lomba melakukan inovasi menciptakan barang dan jasa yang lebih murah sehingga akan meningkatkan daya beli masyarakat. Tidak hanya itu, adanya investasi asing disertai dengan trrasfer teknologi sehingga dapat mendongkrak produktivitas.

Maka dari itu Indonesia selalu menargetkan membawa banyak investor asing, namun realisasi FDI sejak tahun 2014-2022 berfluktuasi bahkan pada tahun 2018 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun 2018 terjadi penurunan FDI sebesar 32 persen, yaitu dari US$18,5 juta pada tahun 2017 menjadi US$12,5 juta pada 2018. Penurunan ini paling rendah dalam rentang waktu delapan tahun terakhir, bahkan lebih rendah dari tahun 2020 dan 2021 yang mana pada tahun tersebut terjadi pandemi Covid-19.

Ada beberapa faktor yang menjadi alasan investor mau menanamkan modalnya di suatu negara, yaitu ukuran ekonomi, stabilitas makro, nilai tukar, tenaga kerja, dan regulasi dari pemerintah. Menurut investor, birokrasi di Indonesia terkenal memiliki aturan yang berbelit-belit dan tumpang tindih. Hal inilah yang menjadikan iklim investasi di Indonesia dinilai kurang ramah bagi para investor. Tidak hanya investor baru, banyak perusahaan multinasional asing yang sudah lebih dulu berinvestasi di Indonesia memilih untuk hengkang dari Indonesia.

Baca Juga:Hari Jadi ke-117 Kota Pekalongan, Tanggal 1 April 2023 Masuk Obyek Wisata di Kota Pekalongan GratisBI Tegal Ikut Terjun Mendorong Penerapan Ekonomi Hijau

Fenomena hengkangnya perusahaan multinasional asing dari Indonesia menjadi sorotan karena selain masyarakat tidak bisa lagi merasakan produk-produk perusahaan tersebut, iklim investasi di Indonesia dinilai tidak kondusif. Pada tahun 2019 PepsiCo perusahaan makanan dan minuman asal Amerika Serikat ini memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak dengan PT Indofood Fritolay Makmur (IFL) akibatnya makanan ringan merk Lays, Doritos, Cheetos, dan minuman merk Pepsi tidak lagi beredar di Indonesia.

Sebelumnya, pada tahun 2015 sampai 2016 ada beberapa perusahaan multinasional lainnya yang memutuskan hengkang dari Indonesia, seperti General Motors perusahaan otomotif asal Amerika Serikat ini menutup pabriknya dan mem-PHK 500 karyawannya. Disusul oleh Ford, Panasonic, dan Toshiba.

0 Komentar