Merobek Tirai Stereotip: Mengungkap Persoalan Gender dalam Film “The Little Mermaid”

The Little Mermaid
0 Komentar

Oleh : Nisrina Faradiva Az Zahra

Mari kita berlayar ke dasar lautan dongeng Disney yang memang tak pernah habis untuk dikulik. Film “The Little Mermaid” yang baru-baru ini diputar di layar lebar telah menarik banyak penonton, termasuk saya sendiri yang baru menontonnya akhir pekan lalu. Film dengan total durasi 2 jam 15 menit ini mungkin telah menyentuh hati kita dengan pesona dunia bawah lautnya, tetapi tidak ada salahnya untuk melihat lebih dalam lagi tentang apa yang sebenarnya tersembunyi di balik tirai dongeng tersebut. Melalui tulisan ini saya akan mengajak Anda untuk mengungkap stereotip gender yang ternyata berkeliaran dalam film “The Little Mermaid”.

Sebelumnya, penting untuk kita menelaah sedikit mengenai Disney. The Walt Disney Company merupakan perusahaan dari Amerika Serikat yang bergerak di bidang media serta hiburan. Seperti yang kita ketahui, Amerika Serikat turut menjadi negara yang memiliki power cukup kuat tidak terkecuali dengan bidang hiburannya. Dampak yang dihasilkan oleh Disney akan meluas hingga ke internasional dan kemudian memunculkan berbagai respon terhadap substansi dari film yang ditayangkan. Salah satunya mengenai penggambaran peran gender yang diwujudkan jelas melalui karakter antara tokoh laki-laki dan perempuan di dalamnya. Terdapat stereotip gender antara sifat maskulin yang lebih ditujukan pada laki-laki dan feminim terhadap perempuan. Hal ini diwujudkan dengan adanya peran laki-laki melalui tokoh pangeran yang akan melindungi atau menyelamatkan hidup perempuan.

Seperti halnya kebanyakan film Disney, “The Little Mermaid” juga terjebak dalam perangkap stereotip gender yang terus mempengaruhi persepsi tentang bagaimana perempuan dan laki-laki seharusnya bertindak dan berperan. Ariel, sang putri duyung yang memesona, tampaknya menjadi pionir perempuan yang berani mengejar mimpinya. Namun, apakah itu benar-benar menjadi pemberdayaan perempuan atau hanya menghidupkan kembali stereotip lama? Pada dasarnya, cerita film ini menunjukkan bahwa perempuan harus rela mengorbankan segalanya demi mendapatkan cinta sejati. Ariel dengan sukarela mengubah jati dirinya untuk mendapatkan bentuk tubuh seperti manusia sempurna, meninggalkan keluarga dan segala yang dimilikinya sebagai putri duyung. 

0 Komentar