RADARPEKALONGAN.ID, BATANG- Suasana khidmat dan sakral menyelimuti Pendapa Kabupaten Batang pada Kamis malam (26/6/2025). Ratusan warga tumpah ruah, menyaksikan dengan antusias ritual penjamasan pusaka dalam rangka peringatan Malam Satu Suro.
Di antara puluhan pusaka yang dibersihkan, perhatian tertuju pada Tombak Abirawa, simbol kepemimpinan dan perlindungan yang telah menjadi identitas Kabupaten Batang.
Alunan gamelan yang melirih dan harum dupa yang memenuhi udara menambah kekhusyukan malam itu. Total 70 pusaka dijamas, termasuk 55 tombak lainnya, 14 keris, dan satu pedang. Warga juga turut memamerkan koleksi keris pribadi, menunjukkan betapa budaya pusaka masih hidup dan dihargai.
Baca Juga:Sah! Pengurus FKUB Pekalongan Masa Bakti 2025-2030 Dikukuhkan, Wali Kota Apresiasi Kerukunan!Ribuan Warga Padati Pantai Indah Kemangi Kendal: Saksikan Wayang Kulit Spektakuler Merti Desa Jungsemi!
“Saya tak menyangka antusiasme masyarakat sebesar ini. Koleksi pusaka yang dibawa warga pun luar biasa, ini bukti bahwa budaya tidak mati. Ia hanya menunggu waktu untuk kembali bergema,” ujar Penjabat (Pj) Bupati Batang, M Faiz Kurniawan, yang turut hadir dalam acara tersebut.
Faiz menekankan bahwa ritual penjamasan bukan sekadar membersihkan benda, melainkan cara menjaga nilai-nilai spiritual dan sejarah perjuangan yang melekat pada setiap pusaka. “Ini bukan hanya tradisi. Ini adalah cara kita menghidupkan kembali pesan-pesan luhur dari para leluhur. Tombak Abirawa bukan sekadar warisan, tapi juga doa dan harapan yang terus menyala,” ungkapnya.
Rangkaian acara Malam Satu Suro di Batang semakin meriah dengan pagelaran wayang kulit dan berbagai pertunjukan seni tradisional lainnya. Kolaborasi ini menciptakan harmoni antara spiritualitas, sejarah, dan hiburan dalam satu kesatuan yang utuh.
Pemerintah daerah berkomitmen penuh untuk terus mendukung kegiatan pelestarian budaya semacam ini. Bahkan, Faiz berencana untuk mengemas peringatan Malam Satu Suro tahun depan agar lebih menarik dan dapat merangkul generasi muda.
“Budaya tidak boleh berhenti di generasi kita. Kita harus menyiapkan panggung agar anak-anak muda Batang bisa ikut bangga, ikut menjaga, dan ikut merayakan warisan leluhur,” tutupnya, menegaskan pentingnya regenerasi dalam pelestarian budaya.