Gubernur Luthfi Resmikan TPSTT Tersono Batang, Jadi Role Model Jateng Layani 7 Desa dan 3 Pasar!

Gubernur Luthfi Resmikan TPSTT Tersono Batang, Jadi Role Model Jateng Layani 7 Desa dan 3 Pasar!
DOK. TINJAU TPSTT - Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi saat meninjau TPSTT Bumi Hijau di Desa Tersono, Kecamatan Tersono, Kabupaten Batang.
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID, BATANG- Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi meresmikan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu dan Terintegrasi (TPSTT) Bumi Hijau di Desa Tersono, Kecamatan Tersono, Kabupaten Batang, Kamis (9/10/2025). Fasilitas seluas 7.000 meter persegi itu digadang menjadi percontohan desa mandiri pengelolaan sampah, tak hanya untuk Batang, tapi juga Jawa Tengah.

“Kalau semua desa melakukan hal yang sama, sampah tidak akan lagi jadi beban besar di TPA. Kita tahu anggaran untuk sampah terbatas, jadi desa harus kreatif dan mandiri seperti Tersono ini,” ujar Luthfi.

TPSTT Bumi Hijau melayani tujuh desa di Kecamatan Tersono serta tiga pasar besar—Pasar Tersono, Limpung, dan Bawang. Di tempat ini, sampah organik diolah menjadi pakan maggot dan pupuk kompos hanya dalam 12–15 hari. Sedangkan sampah plastik dihancurkan menggunakan incinerator mini berbasis teknologi hidrogen.

Baca Juga:DPRD & Pemkot Kawal Kasus BMT Mitra Umat, Desak Koperasi Segera Jelaskan Aliran Dana Nasabah!Gerakan Pesantren Hijau Penting untuk Lingkungan, Sosial, Agama, dan Ekonomi Menurut KH. Sabilal Rosyad!

Luthfi menilai inovasi warga Tersono itu menjadi bukti nyata bahwa masalah bisa diubah jadi peluang. “Ini bukan sekadar urusan kebersihan, tapi juga kemandirian ekonomi dan lingkungan. Program seperti ini harus direplikasi di desa lain,” tegasnya.

Ia pun meminta Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Jateng menjadikan Tersono sebagai model percontohan dan lokasi studi tiru bagi daerah lain. “Kita punya target nasional 2029 bebas open dumping. Jateng harus bisa jadi pionir,” tandasnya.

Kepala Desa Tersono, Abdul Mukti, menjelaskan program pengelolaan sampah ini sudah berjalan sekitar tiga bulan. Setiap rumah warga membayar iuran Rp15 ribu per bulan, dan petugas mengangkut sampah dua kali seminggu.

“Sosialisasi dibantu mahasiswa KKN, warga kini terbiasa memilah sampah organik dan anorganik. Sampah organik diolah jadi pakan maggot dan pupuk alami, sementara plastik dikirim untuk daur ulang,” jelasnya.

Bupati Batang, M. Faiz Kurniawan, menyebut TPSTT Bumi Hijau sebagai model pengelolaan sampah mandiri tingkat desa yang perlu ditiru. “Kami dorong setiap desa punya anggaran untuk pengelolaan sampahnya sendiri,” katanya.

Faiz menambahkan, ke depan Batang akan menghadapi tantangan besar seiring beroperasinya puluhan pabrik baru di Batang Industrial Park, sehingga potensi timbunan sampah akan melonjak tajam. “Tersono sudah buktikan bahwa desa bisa mandiri dan inovatif,” pungkasnya. (fel)

0 Komentar